June 5, 2012

Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan



Pajang

Jaka Tingkir, menantu Pangeran Trenggana, memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan kemudian mendirikan kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama di Pajang dengan gelar Hadiwijaya. Jaka Tingkir melakukan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur. Setelah berhasil, iamemberikan hadiah kepada dua orang yang telah berjasa selama penaklukan, mereka adalah Ki Ageng Pamanahan yang ditempatkan di Mataram dan Ki Ageng Panjawi yang ditempatkan di Panjawi.


Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di pedalaman. Tidak seperti kerajaan-kerajaan lainnya yang biasanya berada di sekitar pesisir. Sebelum menjelma menjadi kerajaan, Pajang merupakan daerah yang bereda dalam kekuasaan Demak. Lokasinya terletak di daerah Kartasura, dekat Surakarta (Solo). Pada waktu itu yang menjadi adipati (semaca bupati) di Pajang adalah Joko Tingkir.

Joko Tingkir disebut juga Panji Mas atau Mas Karebet. Ia merupakan keturunan Raja Pengging yang bernama Handoyoningrat. Pengging ini terletak di lereng tenggara Gunung Merapi, Jawa Tengah. Setelah setelah berhasil menghabisi Ario Penangsang, Joko Tingkir naik tahta menjadi sultan pertama Pajang, bergelar Raden Hadiwijaya.

Pada tahun 1554, Sultan Hadiwijaya merebut daerah Blora, dekat Jipang. Pada tahun 1568, semua perangkat kebesaran Majapahit yang terdapat Demak ia pindahkan ke Istana Pajang. Selanjutnya, guna melebarkan sayap kekuasaannya ia menyerang Kediri pada tahun 1577. Tiga tahun setelah itu, raja-raja di Jawa Timur mengakui kedaulatan Pajang.

Hadiwijaya wafat pada tahun 1587, dimakamkan di Desa Butuh. Ia digantikan oleh menantunya, Arya Pangiri. Arya Pangiri sendiri adalah putera Sunan Prawoto dari Demak. Arya Pangiri lalu mengangkat Pangeran Benawa (Benowo), anak Hadiwijaya, menjadi adipati di Jipang.

Karena merasa lebih berhak atas tahta Pajang, Pangeran Benawa melakukan pemberontakan terhadap Pangiri. Ia dibantu oleh sejumlah pejabat Demak. Selain Demak, Benawa juga dibantu oleh adipati Mataram, Panembahan Senopati (Sutawijaya). Karena didukung kekuatan yang lebih besar, Pangeran Benawa berhasil mengalahkan Pangiri, yang tak lain masih saudara iparnya sendiri. Benawa menjadi sultan Pajang pada tahun 1588.

Pada perkembangan selanjutnya, Pangeran Benawa lebih memilih menjadi penyiar Islam daripada mengurusi Pajang. Karena itu, yang berkuasa atas Jawa selanjutnya adalah Mataram. Pada tahun 1589 Pangeran Benawa digantikan oleh Gagak Bening atas kebijakan Sutawijaya. Pada tahun 1591, Gagak Bening meninggal dan digantikan oleh anak Benawa, yang ketika itu telah menjadi bawahan Mataram.

Pada tahun 1618, putera Benawa memberontak terhadap Sultan Agung, Raja Mataram. Karena tak seimbang, Sultan Agung dengan mudah melumpuhkan perlawanan penguasa Pajang ini. Abdi-abdi Pajang yang selamat melarikan diri ke Giri dan Surabaya. Setelah pemberontakan betul-betul redam, Sultan Agung mengirimkan penduduk Pajang ke Mataram untuk menjadi buruh kerja paksa. Dengan demikian, tamatlah riwayat Pajang yang berkuasa hanya 45 tahun. Seluruh pusaka kerajaan lalu Pajang dipindahkan ke Mataram.


Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Pajang

Pajang merupakan dinasti atau kerajaan Islam yang berada di pedalaman pertama di Jawa. Dengan demikian, masyarakatnya agraris: mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan. Maka dari itu, umur Kerajaan Pajang tidaklah bertahan lama karena kurang menguasai perdagangan laut sebagai basis perekonomian pada masa itu. Secara sistem dan struktur sosial, masyarakat Pajang tak jauh beda dengan masyarakat Demak.


0 komentar:

Post a Comment