November 9, 2012

Versi materi oleh Bondet Wrahatnala


Sekarang kita akan belajar tentang penelitian dalam sosiologi. Penelitian mungkin merupakan suatu hal yang baru buat kamu. Untuk itu mari kita mulai pembahasan ini dengan mengenal dua metode penelitian dalam sosiologi, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.



1. Metode Penelitian Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang dalam menganalisis datanya mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka. Gejala yang diteliti diukur dengan skala, indeks, tabel, atau formula-formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik. Menurut Creswell dalam Asmadi Alsa (2007), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, yang dianalisis menggunakan statistik. Fungsinya untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik. Selain itu juga untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu memengaruhi variabel yang lain.

Masalah penting dalam penelitian kuantitatif adalah kemampuan untuk melakukan generalisasi hasil penelitian, yaitu seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi. Hal ini karena secara tipikal penelitian kuantitatif selalu dikaitkan dengan proses yang dinamakan induksi enumeratif. Apakah induksi enumeratif itu? Induksi enumeratif adalah mmenarik kesimpulan berdasarkan angka dan melakukan abstraksi berdasarkan generalisasi.

Jika kamu akan melakukan suatu penelitian kuantitatif, maka ada beberapa langkah yang harus kamu ketahui atau kamu lakukan. Menurut Asmadi Alsa, langkah-langkah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif beserta spesifikasinya adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi Masalah Penelitian
Dalam hal ini, penelitian kuantitatif perlu menguraikan kecenderungan atau menjelaskan keterkaitan antara variable dan pengembangannya. Penjelasan ini menunjukkan bahwa peneliti tertarik dalam menentukan apakah satu atau lebih variabel yang mungkin memengaruhi variabel lain.
b. Melakukan Tinjauan Kepustakaan
Melakukan tinjauan terhadap kepustakaan dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya permasalahan penelitian itu untuk diteliti dan untuk mengidentifikasi arah penelitian. Mengidentifikasi arah penelitian berarti peneliti melakukan telaah pustaka dan mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang layak dan berhubungan, serta memiliki kecenderungan potensial yang perlu diuji dalam penelitian. Di samping itu, kegiatan tinjauan kepustakaan ini juga dimaksudkan untuk mengarahkan tujuan dan pertanyaan atau hipotesis penelitian.
c. Menetapkan Tujuan Penelitian
Pernyataan tentang tujuan, pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan hipotesis dalam penelitian kuantitatif harus sempit dan spesifik. Hal ini dikarenakan peneliti harus mengisolasi variabel-variabel yang diteliti.
d. Mengumpulkan Data
Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data didasarkan pada instrumen yang sudah ditetapkan sebelum penelitian. Instrumen yang dimaksud adalah daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner).
e. Menganalisis dan Menginterpretasi Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah analisis statistik yang meliputi uraian kecenderungan, perbandingan kelompok yang berbeda, atau hubungan antarvariabel. Selain itu kita juga melakukan interpretasi terhadap data yang telah terkumpul. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan antara hasil penelitian dengan yang diprediksikan sebelum penelitian. Jadi interpretasi ini merupakan penjelasan mengenai hasil penelitian, apakah mendukung atau tidak mendukung prediksi yang diharapkan sebelumnya.

Pendekatan dalam metode ini biasanya sangat bergantung pada hipotesis dan variabel, sehingga metode pendekatannya berbeda dengan kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan populasi dan pendekatan sampel.

a. Pendekatan Populasi
Populasi adalah kumpulan seluruh anggota dalam kelompok tertentu yang memiliki jumlah yang besar karena melibatkan seluruh anggota kelompok. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri dan karakteristik bersama yang membedakan dari kelompok subjek yang lain.
Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi, akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu. Studi populasi seringkali tidak memungkinkan dilakukan untuk jangka panjang apabila karakteristik subjek dan variabel penelitiannya menyangkut aspek perkembangan.
Namun apabila populasi yang hendak diteliti harus dipelajari seluruhnya, maka sangat mungkin akan memakan waktu yang lama guna mengambil data, membutuhkan tenaga peneliti dan tenaga lapangan yang banyak sekali, serta akan menghabiskan dana yang sangat besar.
Suatu penelitian tidak dapat dilakukan terhadap seluruh populasi karena apabila hal itu dilakukan, maka akan dapat merusak populasi itu sendiri. Oleh karena itu, batasan dan karakteristik populasi harus jelas dan tegas sehingga kesimpulan penelitian dan target generalisasinya juga jelas.
Begitu pentingnya pembatasan karakteristik populasi ini mengakibatkan pemilihan sampel dan pengambilan data belum dapat dilakukan sebelum batasan populasi tersebut diperoleh dengan benar.

b. Pendekatan Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti atau dapat dikatakan sebagai bagian dari populasi. Karena merupakan bagian dari populasi, maka harus memiliki ciri seperti yang dimiliki oleh populasinya. Apakah suatu sampel merupakan representasi yang baik bagi populasinya sangat tergantung pada sejauhmana karakteristik sampel itu sama dengan karakteristik populasinya.
Karena analisis penelitian didasarkan pada data sampel, sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi, maka sangat penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai teknik-teknik pengambilan sampel yang tepat. Proses mengambil atau menentukan sampel disebut dengan sampling.



Secara garis besar kita mengenal dua macam teknik pengambilan sampel (sampling), yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.



1) Probability Sampling

Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih. Jenis ini dibagi atas simple random sampling dan stratified random sampling.

a) Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana)
Pengambilan sampel dengan cara acak sederhana memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan
populasi. Pengambilan sampel secara acak sederhana ini dilakukan dengan cara undian, tabel, atau menggunakan komputer sebagai media pengacaknya.
Ciri utama sampel acak sederhana ini adalah bahwa setiap unsur dari keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Selain itu kesempatan harus independen, artinya kesempatan bagi suatu unsur untuk dipilih tidak memengaruhi kesempatan unsur-unsur lain untuk dipilih. Pengambilan sampel dengan cara ini hanya dapat dilakukan pada populasi yang homogen. Apabila populasinya tidak homogen, maka tidak akan diperoleh sampel yang representatif. Selain meng-hendaki homogenitas, cara ini juga hanya praktis apabila digunakan pada populasi yang tidak terlalu besar.
b) Stratified Random Sampling (Sampel Acak Berstrata)
Pengambilan sampel berstrata dilakukan pada suatu populasi yang terbagi atas beberapa strata atau subkelompok dan dari masing-masing subkelompok itu diambil sampel-sampel terpisah. Pengambilan sampel berstrata dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan cara proporsional dan cara tidak proporsional.

(1) Proportional Stratified Sampling (Sampel Berstrata Proporsional)
Pada prosedur pengambilan sampel ini, banyaknya subjek dalam setiap subkelompok harus diketahui perbandingannya lebih dahulu. Kemudian ditentukan persentase besarnya sampel dari keseluruhan populasi. Persentase atau proporsi ini lalu diterapkan dalam pengambilan sampel bagi setiap subkelompok atau stratanya. Untuk lebih jelasnya lihatlah ilustrasi table berikut.
Tabel Distribusi Subjek dalam Strata Populasi





Berdasarkan tabel di atas, dari populasi yang berjumlah 1520 subjek ditetapkan untuk diambil 20% sebagai sampel. Dengan mengambil secara random atau acak sebesar 20% subjek dari setiap strata sebagai sampel, maka distribusi subjek sampel dapat kita lihat pada tabel berikut.




Dengan demikian, berdasarkan tabel di atas kita dapat menentukan bahwa besarnya sampel yang diambil adalah 304 dari 1520 populasi.
(2) Disproportional Stratified Random Sampling (Sampel Acak Berstrata Disproporsional)
Prosedur ini biasanya dilakukan karena alas an statistik yang kadang-kadang analisisnya meminta jumlah subjek yang sama dari masingmasing subkelompok. Kadangkala, pengambilan sampel dengan model ini dapat mengakibatkan terlalu sedikit jumlah sampel dalam satu atau beberapa strata.
Padahal kita ketahui bahwa semakin besar jumlah sampel dalam masingmasing strata, maka kesalahan pengambilan sampel (sampling error) akan semakin kecil. Dalam cara ini, penentuan sampel dilakukan tidak dengan mengambil proporsi yang sama bagi setiap subkelompok atau strata, akan tetapi dimaksudkan untuk mencapai jumlah tertentu dari masing-masing strata.
Untuk lebih jelasnya kita lihat ilustrasi table berikut.





Dengan melihat tabel di atas, kita dapat menentukan bahwa besarnya sampel yang diambil untuk dijadikan sebagai subjek dalam penelitian adalah 32 orang dari 98 populasi.
c) Cluster Random Sampling (Sampel Acak Klaster)
Pengambilan sampel dengan cara ini adalah dengan melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual. Sebagai contoh, pada suatu tempat kos siswa yang terdiri dari 30 kamar, siswa yang menghuni masing-masing kamar tersebut adalah 3 orang. Dengan cara klaster, pengambilan sampel tidak dilakukan randomisasi terhadap 90 orang siswa secara individual, melainkan lewat randomisasi terhadap kamar sebagai klaster.
Misalnya dipilih 20 kamar dari 30 kamar yang ada dan menjadikan seluruh penghuni kamar terpilih sebagai sampel, sehingga kita memiliki 20 x 3 = 60orang siswa sebagai subjek.



2) Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah suatu cara pengambilan sampel, di mana besarnya peluang anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak diketahui. Tentu saja akibat dari kondisi ini kita tidak mungkin dapat menghitung besarnya kesalahan dalam estimasi terhadap karakteristik populasi.

Yang termasuk nonprobability sampling di antaranya adalah quota sampling dan purposive sampling.

a) Quota Sampling
Quota sampling adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. Misalnya sejumlah siswa kelas XII yang pernah menjadi pengurus OSIS di sekolahnya, atau sejumlah siswa kelas XII yang pernah mengikuti seminar tentang penelitian. Hasilnya berupa kesan-kesan umum yang masih kasar yang tidak dapat dipandang sebagai generalisasi umum. Dalam sampel dengan sengaja kita memasukkanorang-orang yang mempunyai ciri-ciri yang kita inginkan.
b) Purposive Sampling
Purposive sampling ini dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh subjek itu. Sampel yang dipilih adalah sampel yang dapat relevan dengan rancangan penelitian. Peneliti berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi. Dengan demikian harus diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi, sehingga dapat dianggap representatif.
Misalnya untuk menilai mutu kegiatan OSIS di Sekolah Menengah Atas, peneliti harus menentukan sampel yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru-guru yang menjabat sebagai pembina OSIS, pengurus OSIS, pengurus Komite Sekolah, dan sebagian siswa.
c) Snowball Sampling
Dalam snowball sampling ini kita memulai dari kelompok kecil yang nanti diminta untuk menunjuk orang lain dalam kelompok tersebut. Kemudian orang lain tersebut diminta pula untuk menunjukkan kawan masing-masing pula, begitu seterusnya sehingga kelompok itu senantiasa bertambah besar.
Sampling ini dipilih apabila kita ingin menyelidiki hubungan antarmanusia dalam kelompok yang baik, atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar di kalangan tertentu. Misalnya bagaimana orang menanamkan modal, membeli rumah di perumahan, dan lain sebagainya.

0 komentar:

Post a Comment