September 30, 2013

Versi materi oleh Marwan S


Perkembangan historiografi seiring dengan perkembangan alam pikiran manusia. Begitu pula halnya dalam perkembangan historiografi di Indonesia. Historiografi di Indonesia seiring pula dengan perkembangan sejarah Indonesia. Historiografi tradisional Indonesia sudah ada jauh sebelum kedatangan penjajah. Sejak awal kemerdekaan semangat penulisan sejarah yang indonesiasentris telah muncul. Salah satu cara yang dilakukan oleh para penulis sejarah Indonesia, khususnya penulis bukubuku pelajaran sejarah, mengubah judul buku sejarahnya menjadi “Sejarah Indonesia”. Penulisan buku sejarah ini khususnya diperuntukan kepentingan sekolah.



Sejak awal kemerdekaan sejarah merupakan mata pelajaran yang diberikan di sekolah mulai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sesuai dengan semangat perjuangan, nama sejarah yang dipakai adalah Sejarah Indonesia. Istilah Sejarah Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 1942. Sebelum tahun 1942 pelajaran sejarah terdiri dari Sejarah Hindia Belanda (Gechiedenis van Nederlands-Indie) dan Sejarah Tanah Hindia (Indische Gechiedenis).

Pada masa pendudukan Jepang, pelajaran sejarah mendapatkan pengawasan yang ketat dari Badan-Badan propaganda dan kebudayaan bentukan Pemerintah Militer Jepang. Sikap pemerintahan pendudukan Jepang tersebut, merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan pengaruh Barat (Belanda) terhadap kaum pribumi melalui jalur pendidikan, sehingga istilah “Sejarah Tanah Hindia” (Indische Geschiedenis) diubah menjadi “Sejarah Indonesia”.

Berakhirnya pendudukan Jepang memberikan semangat baru dalam pelajaran Sejarah. Muncul buku-buku pelajaran Sejarah sebagai buku pegangan yang dipakai di sekolah. Buku-buku tersebut ada yang resmi diterbitkan oleh pemerintah dan ada pula yang ditulis oleh guru sendiri yang berupa diktat maupun diterbitkan sebagai buku.

Perkembangan penulisan buku sejarah nasional kembali muncul dengan diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Kedua di Yogyakarta pada tahun 1970. Pada kesempatan ini generasi baru sejarawan mengajukan kertas kerja dalam jumlah yang cukup besar. Pokok-pokok kertas kerja itu mencakup periode pra sejarah sampai dengan periode yang paling modern. Hal ini merupakan suatu langkah yang lebih maju dibandingkan dengan seminar tahun 1957.

Di samping itu, juga dapat dipandang sebagai suatu tanda bahwa sudah ada kemungkinan yang lebih besar untuk meneruskan usaha penulisan sejarah nasional. Jumlah sejarawan yang ada meskipun belum banyak pengalaman dalam penulisan, tetapi cukup memadai untuk membentuk kelompok kerja yang akan melaksanakan tugas penulisan. Di samping itu, keperluan penulisan buku sejarah untuk digunakan di sekolah semakin mendesak. Kedua hal itu mendorong para sejarawan untuk mengusulkan kepada Mendikbud agar dibentuk suatu tim yang ditugaskan untuk menuliskan kembali Sejarah Indonesia.

0 komentar:

Post a Comment