June 6, 2014

Versi materi oleh D Endarto


Interpretasi Simbol Peta - Pada peta tematik, suatu simbol merupakan informasi pokok guna menunjukkan tema suatu peta. Secara sederhana simbol dapat diartikan sebagai suatu gambar atau tanda yang mempunyai makna atau arti. Agar dapat memahami simbol-simbol tersebut, kita perlu menginterpretasikannya, maksudnya memahami simbol-simbol itu secara mendalam, dalam hubungannya dengan simbol-simbol yang lain.

Berdasarkan bentuknya, beberapa macam simbol yang ada pada peta dikelompokkan sebagai berikut.



  • Simbol Garis


Simbol garis digunakan untuk menunjukkan karakter ketampakan peta terutama yang bersifat kualitatif. Simbol garis hanya dipakai sebagai tanda, misalnya simbol garis menggambarkan jalan raya, jalan kereta api, sungai, dan batas administrasi. Simbol garis juga dapat menggambarkan jumlah atau kuantitas fenomena tertentu. Dalam penggambarannya digunakan isopleth, yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan data yang sama kuantumnya dan sama jenis datanya.

Contoh: Tempat K ketinggiannya 200 m dpal
Tempat L ketinggiannya 200 m dpal
Tempat M ketinggiannya 200 m dpal
Tempat N ketinggiannya 200 m dpal

Apabila K, L, M dan N dihubungkan dengan suatu garis, maka garis tersebut disebut isopleth
(Isopleth ketinggian = contour).

Beberapa contoh isopleth adalah sebagai berikut.
1) Isotherm : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki temperatur udara sama.
2) Isohyse : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki daerah sama.
3) Isogone: garis-garis di peta yang mneghubungkan tempat-tempat yang memiliki deklinasi magnetic sama.
4) Isohyet : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki curah hujan sama.
5) Isobar : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki tekanan udara sama
6) Isobath : garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki kedalaman laut sama.



  • Simbol Titik (dot)


Simbol titik merupakan simbol yang paling sederhana, bentuknya seperti titik. Namun dot tidaklah diartikan sesempit itu, dot dikatakan adalah gambar yang dianggap tidak berdimensi karena bentuknya yang sangat kecil. Bentuk dot antara lain : X, V, Bundar, Segitiga, Persegi, Layang - layang, dan sebagainya.

Umumnya, dot selalu digambarkan dalam bentuk titik. Setiap dot akan mempunyai nilai/harga tertentu. Sebagai suatu contoh dalam suatu peta tematik yang digambarkan dengan dot, untuk persebaran penduduk setiap dot mewakili 50 orang. Jika penduduknya 1000 orang maka harus digambar 20 dot. Persoalan yang sering muncul di dalam penggambaran dengan diagram dot adalah mengenai seberapa besar ukuran dot dan bagaimana meletakkan dot.

Untuk menjawab ukuran dot yang pasti secara eksak tidak ada pedoman pasti, dot ditentukan sendiri oleh penggambar peta, namun harus diingat bahwa unsur persebaran harus tampak. Sedangkan peletakan dot didasarkan pada persebaran wilayah. Maka peranan peta topografi sangatlah menentukan, karena dalam peta topografi persebaran wilayah dipetakan secara lengkap.

Contoh:


contoh simbol titik atau dot


Jumlah penduduk desa 
Dukuh A = 1000 orang
Dukuh B = 2000 orang
Dukuh C = 3000 orang

“X” Maka Dukuh :
A = 10 dot
B = 20 dot
C = 30 dot

Ditentukan 1 dot 10 orang Dalam peta tematik ini gambar kondisi permukiman di desa “K” dihapuskan sehingga hanya dot saja.



  • Simbol Batang


Simbol batang (bar-graph) berbentuk seperti batang di mana panjang pendeknya batang menunjukkan quantum data. Simbol batang paling tepat digunakan untuk menyatakan perbandingan kuantitatif suatu fenomena dalam bentuk batang atau grafik. Penggambaran bar, terikat dengan sumbu X dan sumbu Y seperti halnya diagram garis.

Ada dua macam simbol batang, yaitu simbol batang vertikal dan horizontal.

1) Simbol Batang Vertikal (Vertical Bar Graph)
Contoh: sebuah vertical bar graph yang menggambarkan perkembangan penduduk di kota “M” tahun 2005 – 2007. Di sini terlihat bahwa perkembangan batang dapat terpisah (seperti gambar) tetapi dapat pula dirapatkan satu sama lain.


ilustrasi simbol batang vertikal


Produksi beras di tiga kelurahan (P, Q, dan R) dari tahun 1992 sampai tahun 1995 (dalam ton).

2) Simbol Batang Horizontal (Horizontal Bar Graph)
Sebuah Horizontal Bar Grafik yang menggambarkan perkembangan produksi palawija di desa “P” selama tahun 2006. Di sini sumbu X menunjukkan harga quantum, dan  sumbu Y menunjukkan jenis palawija yang dihasilkan. Apabila ditampilkan dalam penggambaran peta tematik seperti gambar di bawah ini.


contoh simbol batang horizontal


Produksi palawija di tiga desa (P, Q, dan R) pada tahun 2006 (dalam ton)



  • Garis Kontur dan Profil Topografi


1) Garis Kontur

a) Pengertian Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama, yang diukur dari suatu bidang pembanding tertentu. Bidang pembanding ini yang dipakai umumnya adalah tinggi muka air laut rata-rata, dan ini diambil dan disepakati sebagai titik dengan ketinggian nol. Interval kontur adalah jarak vertikal antara dua garis k ontur yang berurutan. Indeks kontur adalah garis kontur yang dicetak besar dalam peta, yang merupakan kelipatan sepuluh dari interval kontur. Tetapi tidak selalu demikian, kadang-kadang merupakan kelipatan lima, dalam peta garis ini diberi angka ketinggian.

b) Sifat-sifat garis kontur
Garis kontur pada prinsipnya adalah suatu perwujudan dari perpotongan antara suatu benda dengan suatu bidang datar, yang dilihat dari atas. Maka garis kontur mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
(1) Garis kontur tidak pernah saling berpotongan, kecuali dalam keadaan ekstrim seperti pada tebing yang menggantung.
(2) Garis kontur akan merenggang kalau topografi landai dan merapat kalau curam
(3) Garis kontur tidak akan bertemu atau menyambung dengan garis kontur yang bernilai lain.
(4) Pada lembah, garis kontur akan meruncing kearah hulu.


contoh garis kontur pulau


c) Penentuan besarnya kontur-kontur
Besarnya interval ditentukan oleh:
(1) skala peta, makin besar skala peta, interval konturnya makin kecil;
(2) variasi relief, makin besar variasi relief, makin kecil intervalnya;
(3) tujuan khusus.


Perlu diketahui, makin kecil interval kontur, makin banyak detail yang diperlihatkan. Tetapi dalam pemilihan besarnya, interval kontur tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan seberapa detail yang diperlihatkan. Kalau tidak ada hal-hal yang khusus atau luar biasa, interval kontur biasanya diambil sebesar 1/2000 dari skala peta. Misalnya peta yang berskala 1 : 25.000 akan mempunyai interval kontur sebesar 12½ m.

a) Peraturan-peraturan dan cara-cara pembuatan garis kontur
Peraturan-peraturan garis kontur.
(1) Garis kontur selalu dibuat tertutup atau harus berakhir pada tepi peta.
(2) Kontur tertutup yang menunjukkan depresi harus dibedakan dengan kontur tertutup yang menunjukkan bukit, yaitu dengan cara menambahkan garis-garis gigi yang mengarah kearah depresi.
b) Cara pembuatan garis kontur.
(1) Cantumkan titik-titik ikat dengan harga ketinggiannya
(2) Hubungkan titik-titik yang tinggi dengan titik-titik yang lebih rendah di sekitarnya, kemudian buatlah interpolasi sesuai dengan interval konturnya.
(3) Hubungkan titik-titik yang diperoleh dari hasil interpolasi, yang harganya sama, dengan garis-garis.
(4) Kalau garis-garis kontur yang telah diperoleh memotong lembah, meskipun tidak ada suatu harga ketinggian pada lembah tesebut, garis kontur tersebut kita buat, meruncing ke hulu. Juga spasi kontur disesuaikan sesuai dengan bentukbentuk lereng.


2) Pembuatan Profil Topografi

Pada suatu produl topografi, harus ada unsur-unsur berikut.
a) “Section Line”, yaitu garis yang menunjukkan arah profil tersebut dibuat, garis ini harus ada pada peta.
b) “End Line”, yaitu garis vertikal yang membatasi sisi kiri dan kanan dari suatu profil. Pada garis ini dicantumkan angka-angka ketinggian
c) “Base Line”, yaitu batas bawah dari suatu profil. Karena itu suatu profil topografi mempunyai dua jenis skala, yaitu skala vertikal dan horizontal. Skala horizontal umumnya selalu dibuat sama besarnya dengan skala peta.

Berdasarkan perbandingan kedua skala tersebut, dikenal:
a) Profil normal, yaitu profil yang skala vertikal sama dengan skala horizontal.
b) “Exaggerated Profile”, yaitu profil yang skala vertikalnya lebih besar dari skala horizontal.

Maksud dari pembuatan profil ini adalah agar relief topografi dapat tergambar dengan jelas dan baik. Karena bila dibuat profil normal sering relief topografi kurang jelas. Cara pembuatan profil.
a) Buat “Section Line” pada peta di tempat yang akan dibuat sayatannya.
b) Pada kertas lain, buat “End Line” dan “Base Line”. Panjang Base Line dibuat sesuai dengan panjang sayatan yang akan dibuat. Panjang End Line disesuaikan dengan tinggi relief maksimum, dan pada garis tersebut dicantumkan angka-angka ketinggian nol (muka laut), sebaiknya dibuat sedikit diatas Base Line.
c) Ambil sepotong kertas, kemudian letakkan disepanjang Section Line.
d) Tandai pada kertas tersebut, tempat-tempat yang berpotongan dengan garis kontur
e) Ambil kertas yang telah ditandai itu, dan letakkan di sepanjang Base Line dengan kedudukan yang sama.
f) Proyeksikan titik-titik tersebut ke atas, sesuai dengan harga ketinggian garis kontur yang diwakilinya
g) Hubungkan titik-titik hasil proyeksi tersebut
h) Berikan keterangan bila profil melewati puncak bukit atau sungai.


Itulah mengenai interpretasi simbol di dalam peta,, semoga bermanfaat

0 komentar:

Post a Comment