September 20, 2013


Versi materi oleh Marwan S


Sejarah dalam kehidupan manusia begitu penting. Hal ini diungkapkan Gotthold Tphraim seorang kritikus dari Jerman bahwa tanpa sejarah, setiap jam kita akan diancam bahaya diperdayakan oleh pembual-pembual bodoh, yang tidak jarang memuji sebagai penemuan-penemuan apa yang telah diketahui dan diyakini oleh manusia beribu-ribu tahun yang lalu.

Kuntowijojo mengatakan bahwa fungsi sejarah dapat dibagi menjadi dua yakni fungsi instrinsik dan fungsi ekstrinsik. Fungsi instrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang nampak terkait dengan keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Misalnya, sejarah sebagai kisah atau peristiwa. Sejarah dapat juga digunakan untuk memahami eksistensi masa lampau. Setelah memahami eksistensi masa lampau seseorang dapat melestarikan tetapi sebaliknya bisa menolak. Di samping itu, sejarah juga sebagai profesi. Maksudnya dengan sejarah dapat digunakan untuk mengembangkan profesi, seperti dengan menulis sejarah, mengembangkan organisasi profesi sejarawan. Sedang fungsi ekstrinsik terkait dengan proses penanaman nilai, proses pendidikan, liberal education

Misalnya sejarah sebagai pendidikan moral. Dengan peristiwa sejarah seseorang akan mendapatkan pelajaran baik-buruk, benar-salah, berhak-tidak berhak, merdeka-terjajah. Sejarah sebagai pendidikan penalaran. Maksudnya dengan sejarah seseorang akan berlatih berpikir kritis, berpikir sebab-akibat dengan mengingat multifaktor. Sejarah dapat menjadi pendidikan politik. Maksudnya setiap orang setelah memahami peristiwa sejarah diharapkan berperilaku yang cocok dengan program politik negara demokratis.

Wiriatmadja menyatakan sejarah berfungsi untuk membangkitkan kesadaran dalam kaitannya dengan kehidupan bersama dalam komunitas yang lebih besar, sehingga tumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki kebersamaan dalam sejarah. Proses pengenalan diri inilah yang merupakan titik awal dari timbulnya rasa harga diri, kebersamaan, dan keterikatan (sense of solidarity), rasa keterpautan dan rasa memiliki (sense of belonging), kemudian rasa bangga (sense of pride) terhadap bangsa dan tanah air sendiri.

Mempelajari sejarah memiliki tujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pembelajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pembelajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman

pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda tentang masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang. Sesuai dengan fungsi institusional SMA dan kematangan psikologis siswa, maka tujuan mempelajari sejarah di SMA dapat diarahkan pada kemampuan berpikir kritis, analisis, dan keterampilan prosesual yang didasarkan pada disiplin ilmu sejarah. Dalam jenjang pendidikan ini tujuan utama pembelajaran sejarah bukan lagi untuk menambah keluasan pengetahuan tentang berbagai peristiwa

yang terjadi, tetapi justru untuk mendalami peristiwa tertentu. Artinya, tujuan pendidikan sejarah di SMA itu sudah dapat diarahkan kepada tujuan pendidikan sejarah sebagai disiplin ilmu. Di samping tujuan yang diutamakan di atas, pada tingkat pendidikan manapun kurikulum sejarah itu sudah harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan apa yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata di sekelilingnya. Kurikulum sejarah di sekolah, dengan demikian, harus mampu memberikan pengalaman kepada siswa untuk menarik pelajaran dari peristiwa sejarah, melihat relevansi dengan peristiwa/kehidupan masa kini, dan dikembangkan untuk kehidupan masa datang. Siswa yang belajar sejarah tidak boleh lagi berada dalam suatu lingkungan asing yang mereka sebut masa lalu, ceritera tentang nenek moyang, ataupun kisah tentang kerajaan tertentu.

Dengan tujuan kurikulum yang demikian, maka siswa yang belajar sejarah dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan mereka. Sejarah bukan lagi hanya sekadar sesuatu yang harus dihafalkan, nama yang harus diingat, angka tahun yang harus disebutkan, tetapi juga adalah merupakan suatu kurikulum yang mampu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa. Melalui proses belajar dari peristiwa sejarah (bukan menghafal fakta) mereka dapat mengambil kehidupan bangsanya secara lebih baik dan mempersiapkan kehidupan pribadi dan bangsanya yang lebih siap dan dalam posisi yang memimpin untuk kehidupan abad ke-21 M.

0 komentar:

Post a Comment