Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
Sumatera merupakan daerah pertama di Indonesia yang
dipengaruhi Islam secara politis. Kerajaan Islam tertua pun ada di sini, yakni
Samudera Pasai di Aceh. Karya sastra yang dibuat di Sumatera ini kebanyakan menggunakan
bahasa Melayu yang merupakan bahasa istana dan dagang, dengan aksara Arab.
Karya sastra di Sumatera ini macam-macam bentuknya,
ada yang berwujud kesusastraan agama, kesusastraan epos Islam, kesusastraan
sejarah, pantun, cerita berinduk, undang-undang, cerita binatang (fabel),
bahkan persuratan. Sedangkan dalam bentuknya ada yang puisi (syair) dan prosa.
Berikut ini beberapa karya sastra sejarah dan agama
yang ada di Sumatera:
(1) Hikayat Raja-Raja Pasai,
menceritakan asal mula Kesultanan Samudera Pasai
yang didirikan oleh Sultan Malik as-Saleh yang sebelumnya bernama Merah Sile
(Merah Selu), putera bangsawan Pasai, Merah Gajah. Merah merupakan gelar bagi
bangsawan Sumatera Utara. Merah Sile masuk Islam setelah bertemu dengan Syekh
Ismail, seorang utusan Syekh Mekah. Syekh Ismail pula yang memberikan nama
Malik as-Saleh padanya.
(2) Hikayat Aceh,
menceritakan sebagian besar tentang masa kanak-kanak
hingga kebesaran Iskandar Muda; juga dikisahkan berdirinya Kerajaan Aceh.
Namun, nama penulis hikayat ini tak diketahui; yang jelas, penulisnya ini bisa
satu orang atau terdiri dari beberapa orang penulis yang bekerja untuk pihak
Aceh.
(3) Syair Burung Pungguk, Syair Burung Pingai, dan Syair Perahu,
ketiganya hasil karya Hamzah Fansuri yang memperkenalkan bentuk syair kepada khasanah
sastra Melayu. Fansuri hidup pada masa Sultan Iskandar Muda. Hamzah Fansuri
memiliki seorang murid bernama Syekh Syamsuddin as-Sumatrani (Syamsuddin
Pasai).
(4) Turjuman al-Mustafid (Terjemahan Pemberi
Faedah),
Sebuah kitab tafsir Al-Quran dalam bahasa Melayu
karya Abdur Rauf Singkel, merupakan buku tafsir pertama berbahasa Melayu yang
ditulis di Indonesia. Abdur Rauf Singkel adalah pendiri Tarekat Syattariah di
Aceh pada masa pemerintahan Sultanah Safiatuddin Tajul Alam.
(5) Hikayat Perang Palembang,
para penulisnya tak diketahui, mengisahkan perang
antara pasukan Kerajaan Palembang melawan Hindia Belanda.
(6) Hikayat Melayu,
di antaranya menceritakan cerita Panji Damar Wulan,
perkawinan Sultan Malaka Mansur Syah dengan puteri Jawa dan Cina, serangan
Peringgi (Portugis) ke Malaka tahun 1511.
(7) Bustan al-Salatin,
yang ditulis Nuruddin ar-Raniri pada masa Sultan Iskandar Thani, menceritakan sejarah Kerajaan
Aceh, raja-raja sebelum Iskandar Thani, masa kecil, perkawinan, pemakaman
Baginda Iskandar Thani, hingga tiga orang raja setelah Baginda. Selain itu,
kitab ini pun membahas proses penciptaan alam semesta, para nabi, pahlawan,
bahkan ilmu pengetahuan.
(8) Syair Perang Mengkasar,
ditulis oleh Encik Amin, mengisahkan
kejadian peperangan antara rakyat Makassar menghadapi VOC Belanda.
Sebentulnya masih banyak lagi kitab sastra berjenis
sejarah dan keagaman. Berikut ini karya sastra tentang epos Islam: Hikayat Iskandar
Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Muhammad Hanifah. Sementara itu cerita berinduk contohnya Hikayat Bayan Budiman. Keempat kitab tersebut ditulis pada masa Samudera
Pasai.
Selain Hamzah Fansuri, Abdur Rauf Singkel, dan
Nuruddin ar-Raniri; ada beberapa nama pengarang Melayu yang cukup terkenal, di
antara dari Riau, misalnya:
(1) Datuk Syahbandar Riau, menulis Kitab Adab al-Muluk;
(2) Bilal Abu,
menulis Syair Siti Zawiyah;
(3) Raja Ahmad,
menulis Syair Raksi, Syair
Engku Puteri, Syair Perang Johor;
(4) Raja Ali,
menulis Hikayat Riau, Syair
Nasihat;
(5) Daeng Wuh,
menulis Syair Sultan Yahya;
(6) Raja Abdullah, menulis Syair Madi, Syair Kahar Mansyur, Syair Sarkan;
(7) Raja Ali Haji, merupakan penulis Melayu paling terkenal
sepanjang masa, karya-karyanya di antaranya adalah: Gurindam Dua Belas,
Syair Sultan Abdul Muluk, Bustan al- Katibin Li’l-Subyani al-Muta’alimin (Perkebunan Jurutulis bagi Kanak-Kanak yang Hendak Menuntut
Belajar akan Dia), Ikatikatan Dua Belas
Puji, Kitab Pengetahuan Bahasa, Syair Nasihat kepada Pemerintah, Silsilah Melayu
dan Bugis dan Sekalian Raja-rajanya, Syair Hukum Nikah, dan masih banyak lagi.
(8) Tengku Said,
menulis Hikayat Siak atau Sejarah Raja-Raja Melayu;
(9) Raja Hasan,
menulis Syair Burung, dan masih banyak penulis-penulis lainnya.
Selain terdapat di Sumatera, kesusastraan Melayu
berkembang pula di Banjar, Kalimantan Timur, yang mulai berkembang pada abad
ke-18. Karya-karyanya berupa kitab keagamaan, undang-undang, dan sastra sejarah
seperti Hikayat Banjar yang menceritakan proses islamisasi rakyat Banjar
yang melibatkan Samudera Pasai dan Majapahit. Selain itu, ada pula karya-karya
sastra yang ditulis di Semenanjung Melayu (Malaka). Sejumlah kerajaan seperti
Johor, Melaka, Brunei, dan Pattani di Muangthai memiliki karya-karya sastra
tersendiri yang juga memakai bahasa Melayu.
Pada perkembangan selanjutnya, sastra berbahasa
Melayu merupakan cikal-bakal kesusastraan Indonesia modern, sebagaimana bahasa
Melayu merupakan akar dari bahasa Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment