June 2, 2012


Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan



a. Debus

Kesenian ini sebetulnya telah ada sebelum Islam lahir. Tarian debus berkembang di daerah yang nuansa Islamnya cukup kental, seperti Banten, Minangkabau, dan Aceh. Pertunjukan debus ini diawali dahulu oleh nyanyian atau pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an serta salam (salawat) kepada Nabi Muhammad. Pada puncak acara, para pemain debus menusuk-nusukkan benda tajam ke hampir seluruh badannya, namun tetap kebal sehingga benda tajam tidak mempan menusuk atau mengiris tubuhnya.




b. Seudati

Tari seudati berkembang di Aceh, derah di Indonesia yang pertama dipengaruhi budaya Islam. Kata “seudatiberasal dari kata syaidati, yang artrinya permainan orang-orang besar. Tarian seudati sering disebut saman (yang berarti delapan) karena permainan ini mula-mula dilakukan oleh delapan pemain. Dalam tari seudati, para penari menyanyikan lagu tertentu yang isinya berupa salawat terhadap Nabi.



c. Zapin

Selain tari seudati dan debus, ada sebuah jenis tarian yang hamper ada di seluruh Nusantara, terutama daerah yang pengaruh unsure Islam sangat kuat, di antaranya tari zapin yang dipraktikkan di Deli, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Di Pulau Jawa, tarian zapin ini dilakukan oleh masyarakat Jakarta, Pekalongan, Tuban, Gresik, Bondowoso, Yogyakarta, Madura, Nusa Tenggara. Di samping Sumatera dan Jawa, daerah Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Seram, dan beberapa daerah di Maluku. Setiap daerah tersebut mengembangkan tarian zapin ini menurut tradisinya masing-masing.

Kata zapin sendiri ditafsir berasal dari kata Arab, zafin yang berarti melangkah atau langkah. Bisa pula dari kata zaf (alat petik berdawai 12 pengiring tarian) atau dari al-zafn (mengambil langkah atau mengangkat satu kaki). Tari ini dibawa oleh pedagang Arab, Persia, dan India pada abad ke-13.


0 komentar:

Post a Comment