June 27, 2012


Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan


Benih-benih paham Marxisme dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang bernama H.J.F.M Sneevliet. Dengan keahliannya, Sneevliet dapat mempengaruhi dan membawa Vereniging van Spoor en Tramweg Personeel (VSTP) ke arah yang lebih radikal. VSTP ini merupakan serikat pekerja jawatan kereta api, sarikat buruh tertua di Indonesia. Kemudian pada 9 Mei 1914, Sneevliet bersama-sama dengan J.A Brandsteder, H.W Dekker dan P. Bersgma (tokoh sosialis) berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV).


Karena ISDV tidak bisa berkembang, maka Sneevliet menyusupkan kaderkadernya ke dalam Sarikat Islam. Di situ ia melakukan infiltrasi dengan cara menjadikan anggota-anggotan ISDV sebagai anggota SI dan sebaliknya menjadikan anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV.

Dengan cara ini, Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan SI. Lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin muda SI menjadi ISDV, yaitu Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus, untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI cabang Semarang yang sudah berada di bawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxisme-nya. Lebih-lebih ketika Darsono diangkat menjadi propagandis resmi Centraal Sarekat Islam dan Semaun sebagai komisaris Jawa Tengah.

Karena pengaruh dari suksesnya Revolusi Rusia (1917) yang dilandasi oleh marxisme dan berubahnya Sociaal Democratische Arbieders Partij (SDAP atau Partai Buruh Sosial Demokrat) pada tahun 1918 menjadi Indische Communistische Partij atau Partai Komunis Hindia, maka beberapa anggota di dalam ISDV mengusulkan untuk mengikuti jejak itu. Dalam kongres ISDV ke-7 bulan Mei 1920 dibicarakan usul untuk menggantikan ISDV menjadi Perserikatan Komunis Hindia (Indonesia).

Karena ada kelompok yang tidak setuju (hartogh), maka diadakanlah pemungutan suara. Hasilnya, kelompok pendukung usul yang disponsori oleh Adolf Baars, Bergsma, Semaun dan kawan-kawan menang, sehingga pada tanggal 23 Mei 1920 ISDV menjadi Partai Komunis Hindia.

Kemudian pada Desember 1920 ISDV berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan susunan pengurus sebagai berikut:
1) Ketua : Semaun
2) Wakil Ketua : Darsono
3) Sekretaris : Bergsma (Belanda)
4) Bendahara : Dekker (Belanda)
5) Anggota Pengurus : Baars (Belanda), Sugono, Tan Malaka, dan lain-lain.

Karena merasa bahwa dirinya telah besar, pada 1926, PKI mulai melancarkan petualangan politiknya. Pada 13 November 1926, PKI melancarkan pemberontakan di Jakarta dan disusul dengan tindakan-tindakan kekerasan di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa timur. Tetapi dalam waktu singkat pemberontakan itu dapat ditumpas. Akibatnya ribuan rakyat ditangkap, dipenjarakan dan dibuang ke Tanah Merah, Digul Atas, Irian Jaya.

0 komentar:

Post a Comment