September 27, 2013

Versi materi oleh Marwan S


Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Menurut Danandaja (2002) legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda sering dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka namun juga dipandang sebagai “sejarah” kolektif, namun hal itu juga sering menjadi perdebatan mengingat cerita tersebut karena kelisanannya telah mengalami distorsi. Maka, apabila legenda akan dijadikan bahan sejarah harus dibersihkan dulu dari unsur-unsur folklornya. Moeis menyatakan legenda juga bukan semata-mata cerita hiburan, namun lebih dari itu dituturkan untuk mendidik manusia serta membekali mereka terhadap ancaman bahaya yang ada dalam lingkungan kebudayaan.

Legenda adalah cerita rakyat yang persediaannya paling banyak, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena legenda biasanya bersifat migratoris yakni dapat berpindah-pindah sehingga dikenal luas di daerah yang berlainan. Selain itu menurut Alan Dundes jumlah legenda di setiap kebudayaan jauh lebih banyak daripada mite dan dongeng. Hal ini disebabkan jika mite hanya mempunyai jumlah tipe dasar yang terbatas, seperti penciptaan dunia dan asal mula terjadinya kematian, namun legenda mempunyai jumlah tipe dasar yang tidak terbatas, terutama legenda setempat, yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan legenda yang dapat mengembara dari satu daerah ke daerah lain (migratory legends). Begitu juga bila dibandingkan dengan dongeng. Dongeng-dongeng yang berkembang sekarang ini kebanyakan versi dari dongeng yang telah ada bukan merupakan dongeng yang baru. Sedangkan legenda dapat tercipta yang baru.


Yus Rusyana (2000) mengemukakan beberapa ciri legenda, yaitu:
1. Legenda merupakan cerita tradisional karena cerita tersebut sudah dimiliki masyarakat sejak dahulu.
2. Ceritanya biasa dihubungkan dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti peristiwa penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti mesjid, kuburan dan lain-lain.
3. Para pelaku dalam legenda dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu. Mereka itu merupakan orang yang terkemuka, dianggap sebagai pelaku sejarah, juga dianggap pernah melakukan perbuatan yang berguna bagi masyarakat.
4. Hubungan tiap peristiwa dalam legenda menunjukan hubungan yang logis.
5. Latar cerita terdiri dari latar tempat dan latar waktu. Latar tampat biasanya ada yang disebut secara jelas dan ada juga yang tidak. Sedangkan latar waktu biasanya merupakan waktu yang teralami dalam sejarah.
6. Pelaku dan perbuatan yang dibayangkan benar-benar terjadi menjadikan legenda seolah-olah terjadi dalam ruang dan waktu yang sesungguhnya. Sejalan dengan hal itu anggapan masyarakat pun menjadi seperti itu dan melahirkan perilaku dan perbuatan yang benar-benar menghormati keberadaan pelaku dan perbuatan dalam legenda.



Legenda merupakan cerita rakyat yang memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi, pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang, bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda, dan tersebar dalam bentuk pengelompokan yang disebut siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu, misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Roro Jongrang.


Selanjutnya berbicara mengenai legenda tentunya kita tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai penggolongan legenda. Selama ini telah ada atau mungkin banyak ahli yang menggolongkan legenda, namun sampai kini belum ada kesatuan pendapat mengenai hal itu. 


Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (2002) menggolongkan legenda menjadi empat kelompok yakni:
1. legenda keagamaan (religious legends),
2. legenda alam gaib (supernatural legends),
3. legenda perseorangan (personal legends), dan
4. legenda setempat (local legends).

Legenda Keagamaan

Legenda orang-orang suci (santo/santa) Nasrani, orang saleh, para wali penyebar agama Islam. Salah satu contoh misalnya cerita-cerita mengenai wali sanga di Jawa yang banyak sekali berkembang di masyarakat. Selain itu terdapat pula peninggalan mereka yang berupa makam atau disebut keramat. Mengenai legenda jenis ini bila kita perhatikan pengelompokan yang dilakukan oleh Rusyana dkk, salah satunya termasuk pada kelompok legenda keagamaan ini, yaitu legenda penyebaran agama Islam.

Legenda Alam Gaib

Biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran takhyul atau kepercyaan rakyat. Legenda alam gaib ini berhubungan dengan kenyataan di luar dunia nyata namun ada di sekitar kita, misalnya tentang keberadaan makhluk gaib, hantu, setan ataupun tempat-tempat yang sekiranya memiliki keanehan tersendiri misalnya desa yang dapat menghilang dan sebagainya.

Legenda Perseorangan

Legenda yang bercerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar terjadi. Legenda golongan ini bila kita cermati dan kita bandingkan dengan pengelompokan legenda menurut Rusyana dkk, maka termasuk pada kelompok yang kedua yaitu legenda pahlawan pembangunan masyarakat atau budaya. Keduanya disebut demikian dengan pertimbangan bahwa kedua kelompok tersebut bercerita mengenai tokoh atau orang yang telah melakukan sesuatu yang sampai sekarang masih dianggap kebenarannya oleh masyarakat.

Legenda Setempat

Cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk tofografi, yakni bentuk permukaan suatu daerah, apakah berbukit-bukit, berjurang dan sebagainya. Legenda setempat ini merupakan golongan legenda yang paling banyak jumlahnya. Sebagaimana telah dikemukakan, hal yang terpenting bagi penelitian sejarah, tradisi lisan bukan kebenaran faktanya. Untuk mencari kebenaran faktanya sangatlah sulit, apalagi sumber-sumber tertulis, karena kemungkinan pada awal pertama kali ceriita-cerita itu dikenal di masyarakat, belum mengenal tradisi menulis. Bahkan cerita-cerita itu banyak dibumbui oleh hal-hal yang sepertinya sulit bisa masuk akal atau tidak rasional. Misalnya, tokoh Sangkuriang lahir dari seekor binatang. 

Hal terpenting bagi kita adalah bahwa masyarakat Indonesia sudah sejak lama memiliki kesadaran tentang pengalaman masa lalunya. Masyarakat memaknai pentingnya suatu perubahan dalam kehidupan masa lalu. Contoh-contoh tradisi lisan tersebut sampai sekarang masih banyak dianut oleh masyarakat, walaupun masyarakat sekarang sudah mengenal tulisan. Melalui tradisi lisan, masyarakat Indonesia mencoba mengungkap tentang asal usul sesuatu baik peristiwa alam maupun peristiwa pada diri manusia.

Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan, cerita-cerita tentang masa lalunya atau tentang asal usul suatu sering dijadikan kepercayaan. Apalagi jika cerita itu menampilkan seorang tokoh yang dianggap sakral. Masyarakat akan menghormati terhadap tokoh itu bahkan menyembahnya. Tokoh tersebut bisa berupa manusia yang dianggap memiliki kesaktian atau juga dewa.

0 komentar:

Post a Comment