November 2, 2014

pemberontakan g 30 s/pki

Versi materi oleh D Endarto


Pemberontakan G 30 S/PKI - Sistem pemerintahan demokrasi terpimpin memberi peluang PKI untuk memperkuat posisinya di segala bidang. Setelah posisinya kuat maka PKI dengan G 30 S/PKI mengadakan pemberontakan.


1. Masa Pra G 30 S/PKI

Pada masa demokrasi terpimpin lembaga-lembaga negara harus berintikan Nasakom, maka telah terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Ditetapkannya Manipol sebagai satu-satunya revolusi Indonesia, akhirnya dimanfaatkan oleh PKI untuk mengesampingkan Pancasila seperti yang dinyatakan oleh pimpinan PKI. D.N. Aidit bahwa “Pancasila dibutuhkan hanya alat pemersatu. Jika rakyat sudah bersatu, maka Pancasila tidak diperlukan lagi “ Dengan pernyataan tersebut, jelas bahwa PKI bertujuan menggeser dasar negara Pancasila dan menggantikan dengan dasar komunisme.


2. Masa Meletusnya G 30 S/PKI

Pada hari Kamis malam, tanggal 30 September 1965 PKI mulai melancarkan gerakan perebutan kekuasaan dengan nama Gerakan 30 September atau kemudian dikenal dengan G 30 S/PKI. Gerakan PKI secara militer dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Sutopo, komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden dan mulai bergerak dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Enam orang perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat dibunuh dan atau diculik dari tempat kediaman masing-masing. Mereka diculik kemudian dibunuh secara kejam oleh anggota-anggota Pemuda Rakyat, Gerwani, dan ormas PKI yang telah menunggu di Lubang Buaya.


3. Masa Pasca G 30 S/PKI

Karena Presiden Sukarno berada di lapangan terbang Halim Perdanakusuma yang dikuasai Gerakan 30 September, sehingga tidak dapat dimintai atas petunjuk atau pemerintahannya, maka Panglima Kostrad memutuskan untuk segera menumpas gerakan. Keputusan tersebut diambil dengan keyakinan bahwa Gerakan 30 September pada hakikatnya adalah suatu pemberontakan, terutama setelah adanya siaran pengumuman dekrit Dewan Revolusi dan pendemisioneran Kabinet Dwikora melalui radio.


4. Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

Operasi militer dimulai pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965 pukul 19.00 ketika pasukan RPKAD di bawah pimpinan Komandannya Kolonel Sarwo Edhie Wibowo menerima perintah dari Panglima Kostrad untuk merebut kembali studio RRI Pusat dan kantor pusat Telekomunikasi. Hanya dalam waktu kurang lebih 20 menit, dua pusat komunikasi vital tersebut dapat direbut dan beberapa saat kemudian Mayor Jenderal Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat telah mengumumkan lewat RRI.


5. Pengambilan Jenazah Para Korban G 30 S/PKI di Lubang Buaya

Karena mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan tempat penanaman Jenazah di Lubang Buaya, usaha pengambilan kembali jenazah para perwira tinggi dan perwira pertama korban peristiwa G-30-S/PKI baru berhasil diselesaikan pada tanggal 4 Oktober 1965.

Tempat tersebut adalah sebuah sumur tua yang bergaris tengah kurang dari satu meter dengan kedalaman 12 meter. Pengambilan dilakukan oleh anggota-anggota RPKAD dan KKO-AL (sekarang Korps Marinir TNI-AL) dengan menggunakan peralatan khusus. Keadaan jenazah sangat rusak dan munurut keterangan dokter pemeriksa, luka-luka yang terdapat pada jenazah menunjukkan penganiayaan yang sangat kejam. Jenazah dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (sekarang Rumah Sakit Gatot Subroto) dan kemudian disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat, Jalan Merdeka Utara, Jakarta.


6. Pemakaman Jenazah Pahlawan Revolusi

Pada tanggal 5 Oktober 1965, dengan penghormatan dari segenap lapisan masyarakat dimakamkan jenazah para Perwira Tinggi dan seorang Perwira Pertama Angkatan Darat korban G-30-S/PKI di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Berdasarkan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/KOTI NO. 111/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1065, keenam perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat tersebut dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi. Penganugerahan gelar itu dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa para perwira tersebut telah mengabdikan darma bakti mereka tanpa kunjung padam kepada revolusi bangsa Indonesia dengan semangat kepahlawanan sejati dan gugur sebagai akibat petualangan Gerakan 30 September. Para Pahlawan Revolusi tersebut telah diberikan pada kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta.


Sekian materi mengenai Pemberontakan G 30 S/PKI, semoga bermanfaat.

0 komentar:

Post a Comment